Paradigma dan Teori Dakwah
disampaikan di semester 1 KPI Pascasarjana IAIN Purwokerto. atau Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto. Mata kuliah yang diampu
oleh Dr. Abdul Basit, M.Ag. ini mengantarkan mahasiswa untuk lebih memahami
dakwah secara lebih mendalam dan lebih luas. Seluruh materi dirancang supaya
mahasiswa mengenal dakwah sebagai riset dan mengenal aksi yang tepat.
Saya pribadi merasakan
perkuliahan ini telah memberikan pemahaman baru mengenai dakwah. Dakwah pada
prakteknya mencakup ranah komunikasi dan metode yang luas. Tidak hanya dikomunikasikan
dengan cara public
speaking, tetapi juga komunikasi massa, konseling, manajemen pendidikan,
yayasan, hingga pemberdayaan masyarakat. Sehingga dakwah dapat meresap ke
lapisan masyarakat dan individu secara lebih intensif. Pemahaman dasar ini
adalah wawasan yang dapat membekali seorang pelaku dakwah (da’i) supaya tidak
terpaku pada dakwah yang sempit, misalnya hanya terkurung dalam metode dakwah
tabligh saja (ceramah, dsb), tetapi dapat menerapkan metode lain. Bukan hanya
pelaku dakwah yang memang konsentrasi dalam berdakwah, setiap orang bahkan
sesungguhnya bisa berdakwah.
Dalam kuliah ini, selanjutnya
diberikan materi berupa kasus atau topik kontemporer yang berupa makalah
berbahasa Inggris dan Arab. Mengapa harus makalah berbahasa asing? Saya kira
topik yang dibahas supaya lebih menarik dan kasus yang dibahas lebih unik, dan
menjawab tantangan zaman dengan pakar-pakar yang kredibel di dalamnya. Kasus
yang disajikan pun sifatnya global, terjadi di beberapa belahan dunia.
Meskipun memang saya rasakan dan
juga temen-teman sekelas rasa cukup berat mengerjakannya. Menerjemah bahasa
asing memang bukan hal yang mudah. Kami harus dibahasakan kembali dengan tutur
bahasa Indonesia yang dapat dipahami, lalu dibuat refleksi semacam pembahasan
berupa kritik kita sendiri terhadap makalah dengan membubuhkan referensi yang
dapat dipercaya tentunya. Kemudian kami seminarkan setiap pertemuan bergiliran
di depan teman-teman yang lain. Tentu itu menjadi kesulitan tersendiri.
Namun demikian, kami mendapatkan
banyak sekali wawasan dan ilmu baru. Makalah-makalah tersebut membahas: ad-da’iyy (teori
citra da’i), Dakwah Berbasis Multimedia, Pelembagaan Dakwah di Masyarakat
Barat, Pemberdayaan Perempuan dan Islam di Bangladesh, Teori Perspektif
Komunikasi dalam Islam, Evaluating Social
Work Practice (Evaluasi Dakwah), dan ada beberapa judul yang terlupa karena
pemakalah tidak membagikan kopi file makalahnya, karena suatu halangan.
Dari makalah-makalah tersebut,
saya pribadi menyimpulkan da’i sebenarnya tidak harus seseorang yang
konsentrasi dalam dakwah seperti Ustadz, kiyai, bu nyai, ustadz uastadzah, dan
sebagainya. Setiap orang bisa berdakwah dalam arti yang lebih serius
(menyampaikan materi dakwah) misalnya melalui internet, dengan blog, youtube,
dan media sosial. Siapapun memiliki akses untuk berdakwah.
Maka dari itu, dakwah yang baik harus sesuai dengan perkembangan zaman. Da’i perlu mengikuti apa yang berkembang saat ini supaya dakwah lebih fleksibel, mampu mengikuti perkembangan budaya masyarakat. Bahkan da’i harus mampu berada di atas puncak kebudayaan. Maksud saya, da’i harus menguasai ranah-ranah yang memiliki pengaruh besar dalam budaya masyarakat. Da’i harus mampu menguasai hukum, politik, dan khususnya media. Bila kita sering mengkritik banyaknya sinetron atau tayangan atau novel yang tidak mendidik, maka da’i harus hadir dengan flm, sinetron, dan novel tandingan yang mematahkan “kesesatan” dalam media tersebut.
Oleh karena itu, dakwah perlu
menjadi perhatian bagi umat Islam supaya ia menjadi senjata yang tetap tajam
dalam menjalankan fungsinya. Jangan sampai tertinggal oleh kemajuan peradaban
umat. Maka dari itu perkuliahan ini sangat memicu mahasiswa untuk memperhatikan
dunia dakwah secara riset maupun aksinya.
Meskipun demikian, di balik
keunggulan kuliah ini, secara pribadi saya merasakan ada kekurangan yang
mempengaruhi proses perkuliahan. Hal ini juga sama dalam perkuliahan lainnya, yaitu
deadline pengumpulan
tugas makalah. Sebaiknya makalah diwajibkan untuk dikumpulkan dan disebarkan
dua hari sebelum perkuliahan atau maksimal sehari sebelumnya, supaya peserta
perkuliahan dapat membaca dan memahami isi makalah tersebut terlebih dahulu.
Makalah biasanya tergolong
terlalu panjang untuk dibaca di saat perkuliahan dilaksanakan. Mungkin hal ini
juga dipengaruhi oleh pemakalah yang presentasinya kurang maksimal. Akibanya
jarang yang memiliki pertanyaan yang bisa diajukan. Kalaupun ada yang angkat
bicara, saya kira mereka bertanya seadanya untuk menghidupkan forum saja.
Hal ini saya dapatkan dari
pengalaman saat membaca kembali materi dalam makalah-makalah teman-teman
sekelas. Saya baru membaca secara keseluruhan saat menghadapi Ujian Akhir
Semester, kemudian banyak pertanyaan yang muncul setelah membaca
makalah-makalah tersebut. Oleh karena itu, saya merasa perlu untuk kuliah
selanjutnya baik untuk kuliah yang diampu Dr. Abdul Basit maupun dosen lain,
kedepannya menyarankan mahasiswa untuk menyebarkan makalah sehari atau dua hari
sebelum perkuliahan, supaya proses diskusi lebih hidup dan lebih siap untuk
ujian. Pembagian makalah bisa dengan email atau media sosial. Selain itu,
pemakalah juga supaya lebih siap untuk presentasi jika beberapa hari sebelumnya
sudah selesai dikerjakan.
Secara keseluruhan,
alhamdulillah kuliah ini sangat banyak memberikan ilmu baru yang bermanfaat
bagi saya khususnya dan pengembangan dakwah Islam pada umumnya. Semoga terus
maju dan lebih baik lagi kampusku tercinta IAIN Purwokerto, terutama
Pascasarjana IAIN Purwokerto. Terimakasih Bapak Dr. Abdul Basit yang telah
memberikan ilmunya dengan penuh kesabaran dan pengertian, semoga menjadi ilmu
yang bermanfaat dan jariah... amiiin.
Semoga semester II,semakin konsen agar lebih optimal lagi...
BalasHapus